BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada
dasarnya jantung adalah alat yang berfungsi sebagai pemompa darah, yang sejak
manusia dalam kandungan dan tidak akan berhenti selama hidup kita.
Mengingat
pentingnya fungsi dari organ jantung dan
jantung berdenyut serta bermetabolisme tergantung dari suplai darah arteri
coroner. Oleh sebab itu bahyak manifestasi penyakit yang disebabkan oleh
gangguan coroner yang menjadi pembunuh nomer satu di berbagau negera.Penyebab
utamanya adalah gaya hidup dan pola makan yang berubah.
B.
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui gambaran tentang asuhan
keperawatan penyakit Infark Myocard Acut
2. Dapat melakukan pengkajian pada pasien
Infark Myocard Acut
3. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan
4. Dapat menyusun rencana tindakan pasien
5. Dapat melakukan tindakan keperawatan
sesuai rencana keperawatan
6. Dapat melakukan evaluasi tindakan
keperawatan
C.
Metode Penulisan
Adapun
metode penulisan yang kami gunakan adalah metode pustaka dan literatur dari
intenet.
D.
Sistematika Penulisan
Halaman judul
Kata Pengantar
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
Bab II Laporan Pendahuluan
Bab III Asuhan Keperawatan
Daftar Pustaka
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep dasar
1.
Pengertian
Infark Myokard
merupakan sumbatan total pada arteri koronaria (Ni Luh Gede Yasmin A, 1993).
Infark
myokard akut merupakan nekrosis akibat aliran darah ke otot jantung terganggu (S
Harun, 1990).
Infark
myocard acut (IMA) adalah gangguan pada aliran darah koroner yang mengakibatkan
ketidak seimbangan antara penyediaan oksigen dalam darah dengan kebutuhan
myocard, sehingga menimbulkan gejala-gejala klinik dan timbulnya secara
mendadak (dikutip dari buku penyakit jantung koroner karya Mohammad Saleh,
1989:87)
2.
Etiologi
Penyebab
yang lazim dari Myocard Infark adalah penyumbatan total atau hampir total dari
arteri koroner karena adanya atherosklerosis plaque yang berat dan kronis
dengan disertai pembentukan thrombus.
(kasuari, 2002)
A. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang
disebabkan oleh 3 faktor :
o
Faktor
pembuluh darah :
Ø Aterosklerosis.
Ø Spasme
Ø Arteritis
o
Faktor
sirkulasi :
Ø Hipotensi
Ø Stenosos aurta
Ø Insufisiens
o
Faktor
darah
Ø Anemia
Ø Hipoksemia
Ø Polisitemi
B.
Curah
jantung yang meningkat :
Ø Aktifitas berlebihan
Ø Emosi
Ø Makan terlalu banyak
Ø hypertiroidisme
C. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
Ø Kerusakan miocard
Ø Hypertropimiocard
Ø Hypertensi diastolic
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
1. Anatomi Fisiologi
•
Terletak
dirongga dada, diantara paru, disb mediastinum
•
Bentuk
jantung kerucut, memiliki apeks,tepat diatas diafragma, sbl kiri grs tengah
•
Ujung
jantung (apeks) mengarah ke : Bawah,Depan,Kiri
•
Bag.
Kiri jantung dipisahkan dengan bag. Kanan oleh sekat rongga jantung
•
Dinding
jantung mendapat vascularisasi dari A. Coronar Ki & Ka
2. Patofisiologi
Karena
infark myocard adalah penyakit segmental dari myocard, pertimbangan fisiologis
dari penyakit jantung global tidak selalu dapat diterapkan. Lebih dari
kehilangan fungsi myocard epidemik, Infark myocard membuat kehilangan parsial
berdasarkan lokasi dan beratnya nekrosis jaringan.
Infark
mycard adalah akibat penyakit arteri koroner (PAK) dengan kerusakan jaringan
yang menyertai dan nekrosis. Kerusakan arteri koroner dapat ditandai oleh
adanya trombosis, arterosklorosis, atau spasme. Jaringan jantung yang
tergantung pada aliran darah dari arteri yang sakit akan menjadi iskemik dan
nikrotik, mengakibatkan infark
4.
Pemeriksaan
1.
Pemeriksaan
EKG
Pemeriksaan EKG menunjukkan
adanya elevasi segmen ST sesuai dengan lokasi dinding ventrikel yang mengalami
Infark. Perubahan EKG didahului dengan gelombang T, selanjutnya berbentuk
gelombang Q yang patologis disertai elevasi segmen –ST.
2.
Pada
pemeriksaan radiologi mungkin
menunujukkan adanya pembesaran jantung
3.
Pemeriksaan
laboraturium
Dapat memperjelas terjadinya
infark LED dan leukosit meninggi sebagai respon kematian jaringan
4.
Tes
Stres Latihan TSL)
Tidak dilakukan pada adanya
Infark Myocard, tes tingkat rendah dapat dilakukan sebelum pulang dari rumah
sakit ( Susan Martin Tucker, 1998)
5.
Pencegahan
Dengan
tidak mengkonsumsi makanan yang tinggi kolesterol serta olahraga dengan teratur
pada orang obesitas
6.
Komplikasi
Ø Gagal Jantung Akut/Edema Paru Acut
Ø Arrytmia
Ø
Raptor
dinding ventrikel, ruptur septum interven trikolaris
Ø Regurgitasi mitral akut
Ø Syok kardiogenik
Ø Kematian
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN
- Identitas pasien
Perlu ditanyakan : nama, umur, jenis
kelamin, alamat, suku, agama, nomor register, pendidikan, tanggal MRS, serta
pekerjaan yang berhubungan dengan setres atau sebab dari lingkungan yang tidak
menyenangkan. Identitas tersebut digunakan untuk membedakan antara pasiea yang
satu dengan yang lain dan untuk menentukan resiko penyakit jantung koroner
yaitu laki-laki umur di atas 35 tahun dan wanita lebih dari 50 tahun (William C
Shoemarker, 1998)
- Keluhan utama
Pasien Infark Myocard Acut mengeluh
nyeri pada dada substernal, yang rasanya tajam dan menekan sangat nyeri,
teru-menerus dan dangkal. Nyeri dapat menyebar kebelakang sternum sampai dada
kiri, lengan kiri, leher, rahang, atau bahu kiri. Nyeri Myocard kadang-kadang
sulit dilokalisasi dan nyeri mungkin dirasakan sampai 30 menit tidak hilang
dengan istirahat atau pemberian nitrogliserin (Ni Luh Gede Y, 1993)
- Riwayat
1. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien
Myocard acut mengeluh nyeri pada bagian dada yang dirasakan lebih dari 30
menit, nyeri dapat menyebar sampai lengan kiri, rahang dan bahu yang disertai
rasa mual, muntah, badan lemah dan pusing
2.
Riwayat penyakit dahulu
Pada klien myocard perlu dikaji
mungkin pernah mempunyai riwayat diabetes militus, karena diabetes militus
terjadi hilangnya sel endotel vaskuler berakibat berkurangnya produksi nitri
oksida sehingga terjadi spasme otot polos dinding pembuluh darah.
Hipersenti yang sebagian diakibatkan
dengan adanya penyempitan pada arteri renalis dan hipo perfusi ginjal dan kedua
hal ini disebabkan lesi arteri oleh arteroma dan memberikan komplikasi trombo
emboli ( J.C.E Underwood, 1998).
Stroke yang merupakan efek dari
hipertensi adalah salah satu faktor penyebab infark myocard akut.
d. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit jantung keluarga, diabetes militus,
peningkatan kolesterol darah, kegemukan, hipertensi, yang beresiko diturunkan secera genetic berdasarkan kebiasaan keluarganya.
e. Riwayat Psikososial
Rasa takut, gelisah dan cemas merupakan psikologis yang sering
muncul pada klien dan keluarga. Hal ini terjadi karena rasa sakit yang
dirasakan oleh klien. Perubahan psikologis tersebut juga muncul akibat
kurangnya pengetahuan terhadap penyebab, proses dan penanganan penyakit myocard
acut. Hal ini terjadi dikarenakan klien kurang kooperatif dengan perawat.
f. Pola dan fungsi kesehatan
1.
Persepsi terhadap kesehatan
Yaitu, sejauh mana klien untuk menjaga dan mengatur
kondisi kesehatannya dalam perawatan dan pengobatan yang telah di berikan oleh
perawat
2.
Pola nutrisi
Yaitu kebiasaan cara klien mengkonsumsi makanan yang
tinggi kolestrol kaya lemak, tinggi garam dan rendah serat, merupakan factor
utama penyebab myocard acut
3.
Pola Eliminasi
Klien mengalami pembatasan
aktifitas yang menyebabkan klien mengalami gangguan eliminasi dan mengharuskan
klien menggunakan kateter.
4.
Pola aktifitas dan latihan
Klien infark Myocard acut
sebelum menderita sakit klien jarang melakukan olah raga dan rekreasi sehingga
sering mengalami stress yang dijumpai di dalam rumah dan di luar rumah (tempat
kerja)
5.
Kebersihan diri
Untuk mengeyahui cara keluarga melakukan perawatan pada
klien Myocardial Infark apakah klien dapat merawat dirinya sendiri atau bantuan
keluarga
6.
Pola istirahat
Klien selama dalam rumah sakit
biasanya jarang istirahat karena kecemasan dan kegelisahan yang mengakibatkan
klien mengalami stres dan secara otomatis jantung dipacu lebih ekstra untuk
memenuhi organ-organ tubuh
7.
Pola persepsi dan konsep diri
Persepsi klien terhadap
dirinya, gambaran dan harga dirinya akibat dari sakit yang diderita sehingga
merasa tidak berdaya dan selalu membutuhkan bantuan orang lain.
8.
Pola peran dan hubungan
Klien terganggu dalam
berinteraksi dengan orang lain akibat pengaruh penyakit yang dideritanya
sehingga mengalami sakit penderita infark myocard tidak dapat bekerja dan
berhubungan dengan orang lain karena selalu dirawat di rumah sakit.
9. Pola tata beribadah dan kepercayaan
Selama dalam keadaan sakit klien myocardial mengalami
perubahan dalam tata cara beribadah karena menahan rasa sakit yang sangat,
sehingga selama sakit pasien tidak dapat beribadah secara sempurna, tetapi
tergantung pengetahuan klien terhadap kewajiban beribadah menurut
kepercayaannya.
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan salah
satu pernyataan yang jelas dari masalah klien baik yang nyata atau potensial
dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah klien dapat diatasi atau
dikurangi (Lismidar, 1990).
A. Nyeri dada akut berhubungan dengan iskemia
myocard ditandai dengan mengeluh nyeri dada
B. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
insufisiensi untuk aktivitas sehari-sehari (AKS) sekunder terhadap iskemia
jaringan jantung di tandai dengan klien mengeluh nyeri dada semakin bertambah
bila dibuat bergerak
C. Ansietas atau ketakutan (individu,
keluarga) yang berhubungan dengan situasi yang tidak di kenal, takut akan
kematian
D. Kurangnya pengetahuan klien dan keluarga
sehingga menghambat proses penyembuhan penyakit
3.
INTERVENSI
1.
Nyeri
dada akut berhubungan dengan iskemia myocard
a. Tujuan
Nyeri berkurang
b. Kriteria Hasil
Ø Klien secara verbal mengungkapkan nyeri
hilang atau berkurang
Ø Klien tenang, tidak didapati perubahan
tekanan darah pernapasan nadi dan diaphorosis
Ø Ekspresi wajah klien rileks dan tidak
menyeringai
Rencana tindakan
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
Instruksikan klien untuk segera melaporkan
adanya nyeri
|
Umumnya lebih sedikit obat yang dibutuhkan.
Intervensi akut dapat mencegah iskemia atau cedera lebuh lanjut.
|
Berikan analgesik atas perintah dokter,
dokumentasikan tingkat penurunan nyeri yang di alami klien.
|
Nyeri berat menetap dan tidak hilang dengan
pemberian analgesik. Dapat mengindikasikan infark menetap atau meluas
|
Anjurkan klien selama nyeri
|
Aktifitas meningkatkan kebutuhan oksigen yang
dapat menimbulkan nyeri jantung
|
Kurangi Distraksi lingkungan sebanyak mungkin
|
Rangsangan lingkungan dapat meningkatkan
frekuensi jantung dan dapat menimbulkan hipoksia jaringan myocard,
meningkatkan nyeri
|
Jelaskan penyebab nyeri dan kemungkinan faktor
fisik dan emosional setelah fase nyeri akut berlalu
|
Penjelasan dengan tenang dapat mengurangi stres
klien yang berhubungan dengan takut karena ketidaktahuan
|
Monitor tanda-tanda vital, EKG selama nyeri
|
Dengan monotor tanda-tanda vital, EKG akan
segera diketahui dengan cepat bila terjadi komplikasi seperti gangguan
Cardiak output, maupun aritnia sehingga dapat penanganan cepat
|
Anjurkan teknik distraksi, massage atau
relaksasi
|
Tindakan ini dapat mengurangi rasa nyeri dari
mencapai pusat otak yang lebih tinggi dengan menggantikan rangsang lain.
Relaksasi menurunkan ketegangan otot, menurunkan frekuensi jantumg, dapat
memperbaiki isi sekuncup dan meningkatkan indra kontrol klien terhadap nyeri
|
Beri O2 sesuai akvis 2-4 liter/menit
|
Klien dengan infark myocard acut mengalami
gangguan pemenuhan O2 myocard. Maka pemberian O2 dari luar akan membantu
suplai O2 dan mencegah iskemia myocard lebih lanjut.
|
2.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan Insufisiensi Oksigenase untuk AKS sekunder
terhadap iskemia jaringan jantunga
a. Tujuan
Meningkatnya aktivitas sesuai
dengan kondisi jantung
b. Kriteria hasil
Ø Klien sudah dapat beraktivitas sendiri
Ø Respon fisiologis terhadap aktifitas
Ø Tensi 120/80 mmhg, nadi 80x/menit, suhu 36³
ºC
Ø Tidak ada cianosis dan RR 20x/menit
Rencana tindakan
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
Bantu klien untuk meningkatkan
aktifitasnya sesuai dengan indikasi
|
Kemajuan aktifitas bertahap di arahkan
melalui toleransi klien meningkatkan fungsi fisiologi dan menurunkan hipoksia
jaringan jantung
|
Rencanakan periode, istirahat adekuat
sesuai jadwal harian klien
|
Periode istirahat memberikan tubuh untuk
menggunakan energi yang rendah
|
Identifikasikan dan hargai kemajuan
klien
|
Memberikan pujian dapat membantu
meningkatkan perilaku positif dan mengurangi rasa frustasi klien karena ketergantungan
|
Ajarkan tentang bagaimana cara memantau
respon fisiologis terhadap aktivitas
|
Pemantauan mandiri ini dapat mendeteksi
tanda-tanda dan gejala dini hipoksia
|
Ajarkan orang terdekat klien untuk
membantu klien dalam melakukan aktivitas
|
Dukungan sosial meningkatkan pelaksanaan
dari latihan
|
Ajarkan klien tentang bagaimana
menghemat energi selama AKS saat kerja dan selama aktivitas rekreasi
|
Penghematan energi mencegah kebutuhan
oksigen melebihi tingkat yang dapat di penuhi janyung
|
3.
Ansietas/ketakutan
(individu, keluarga) yang berhubungan dengan situasi yang tidak dikenal, takut
akan kematian
a. Tujuan : Kecemasan berkurang
b. Kriteria Hasil
Ø Klien megatakan secara verbal kecemasan
berkurang atau hilang
Ø Dapat menjelaskan tentang efek penyakit
terhadap gaya hidup dan posisinya dalam keluarga dan masyarakat
Rencana tindakan
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
Bantu klien untuk mengurangi kecemasannya
|
Klien yang cemas mempunyai penyempitan lapangan
persepsi dengan penurunan kemampuan untuk belajar kecemasan cenderung
memperburuk masalah mencegah klien terjebak klien pada lingkungan peningkatan
ansietas, tegang dan emosional dan nyeri fisik
|
Kaji tingkat kecemasan klien
|
Beberapa rasa takut didasari oleh informasi yang
tidak akurat dan dapat dihilangkan dengan memberikan informasi akurat
|
Dorong keluarga atau teman untuk mengungkapkan
ketakutan atau pikiran-pikiran mereka
|
Pengungkapan memungkinkan unuk saling berbagi
dan memberikan kesempatan untuk memperbaiki konsep yang tidak benar
|
Beri dorongan pada klien untuk menggunakan
tehnik-tehnik relaksasi
|
Penggunaan tehnik-tehnik relaksasi meningkaatkan
rasa kontrol klien terhadap respon tubuhnya terhadap stres
|
Berikan terapi dokter tentang pemberian sedativa
atau tranquilizer
|
Sedativa dan tranquilizer membantu klien untuk relaks
|
4.
Resiko
Tinggi terhadap Inefektif, penatalaksanaan regimen terapeutik berhubungan
dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, tindakan, obat-obatan, diet,
kemajuan aktivitas, tanda dan gejala, komplikasi, perawatan lanjut
a.
Tujuan
: Penatalaksanaan regimen terapeutik kembali efektif dalam waktu 2x24 jam
b. Kriteria hasil
Ø Klien lebih kooperatif pada tindakan
keperawatan
Ø Klien mengerti dan mampu menjelaskan cara
perawatan setelah pulang
Rencana tindakan
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
Jelaskan patofisiologi IM dengan menggunakan
alat bantu penyuluhan yang tepat
|
Penjelasan menguatkan kebutuhan menepati
instruksi diet latihan dan aspek lain dari regimen terapeutik
|
Jelaskan faktor-faktor resiko tinggi IM yang
dapat dihilangkan atau diubah
|
Memfokuskan pada faktor-faktor yang dapat di
kontrol dapat menurunkan perasaan ketidakberdayaan klien
1. Obesitas
2. Penggunaan tembakau
3. Diet tinggi lemak dan natrium
4. Gaya hidup monoton
5. Hipertensi
|
Intruksi klien untuk melaporkan efek samping
obat yang diberikan
|
Pengenalan dan pelaporan dengan cepat efek
samping obat dapat mencegah komplikasi serius misalnya ; Hipokalemia,
Hipotensi
|
Pertegas penjelasan dokter tentang diet
terapeutik, konsultasikan pada ahli diet bila ada indikasi
|
Penjelsan berulang dapat membantu memperbaiki
kepatuhan terhadap diet terapeutik serta peningkatan pemahaman
|
Jelaskan pentingnya pembahasan aktivitas dan
bagaimana aktivitas harus ditingkatkan secara bertahap
|
Peningkatan aktivitas secara bertahap
memungkinkan jaringan jantung menyambut dan menerima peningkatan kebutuhan,
kelebihan kerja meningkatkan konsumsi oksigen dan beban kerja jantung
|
5.
Coping
individu yang tidak efektif berhubungan dengan anggapan tentang ancaman
kematian, kehilangan gambaran diri
a.
Tujuan
: Coping individu yang efektif setelah diberikan penjelasan
b.
Kriteria
hasil :
Ø Klien dapat mengungkapkan keadaanya pada
perawat hal-hal yang di sebabkan dari keadaannya adalah perubahan gaya hidup
Ø Klien dapat mendemonstrasikan tingkah laku
coping yang adaptif
Rencana tindakan
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
Observasi tanda dari kecemasan, komunikasi dan
beri semangat yang berarti pada klien
|
Karena ketidakpastian dari diagnosa akan
mempengaruhi masa depan serta kekhawatiran akan menurunkan tensi dan semangat
dari klien
|
Anjurkan pada klien untuk mengekspresikan
perasaan menolak, depresi serta hibur klien bahwa keadaannya itu merupakan
reaksi yang normal
|
Mengakui perasaannya tersebut akan memberikan
kesempatan pada klien untuk menyesuaikan diri pada situasu
|
Kontrol tingkah laku klien dan dampingi klien
ketika menyesuaikan dirinya
|
Dengan mengobservasi sejak dini tentang
kesetabilan klien dalam beradaptasi dengan lingkungan ketika klien
mengekspresikan menolak dirinya dalam menghadapi ketidak mampuan meminta
pertolongan dan mungkin terhindar dari tindakan yang tidak diinginkan
|
4.
PELAKSANAAN
Pada tahap
pelaksanaan terdiri dari berbagai macam kegiatan validasi rencana keperawatan,
menulis atau mendokumentasikan rencana tindakan keperawatan, memberikan asuhan
keperawatan sesuai rencana yang telah dilakukan (Lismidar, 1990). Dan pada
prinsipnya perawatan pada IM adalah
1. Meningkatkan suplai oksigen ke myocardium
2. Mengurangi tuntutan terhadap oksigen
3. Membantu pasien mencegah serangan IM (NI
Luh Gede Yasmin A, 1993)
5.
EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah
terakhir dalam proses keperawatan yang sengaja dilakukan dan terus menerus
dengan melibatkan klien, perawai dan anggota tim kesehatan lainnya, dimana
dalam pencapaian tujuan ini ada 3 alternatif yang di pakai oleh perawat dalam
menilai sejauh mana tujuan yang ditetapkan itu tercapai bila klien mempu
menunjukkan perilaku pada waktu yang telah ditentukan sesuai dengan pernyataan
tujuan, tercapai sebagian bila klien telah mampu menunjukkan perilaku, tetapi
tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan. Tujuan ini tidak tercapai jika klien
tidak mampu atau tidak mau sama sakali menunjukkan perilaku yang diharapkan
sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan (Lismidar, 1990)
Hasil yang diharapkan dari
proses evaluasi untuk klien dan keluarganya adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan tentang penyakit Infark
Myocard Acut
2. Mengenal seranagn dada
3. Mengurangi faktor resiko terhadap Infark
Myocard Acut
4. Mengurangi rencana terapeutik seperti :
1. Aktivitas : program latihan
2. Diet : rendah kalori, pembatasan lemak,
rendah sodium
3.
Medikasi : nitrat, calsium
antagonis, B.Blocking Agent
5. Mengenal tanda-tanda Infark Myocard dan
menghubungi unit gawat darurat bila terjadi serangan
6. Menyatakan kegiatan di masyarakat untuk
meningkatkan kesehatan ( Ni Luh Gede Yasmin A, 1993)
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1.
Biodata
·
Nama : Tn. RK
·
Umur : 50 tahun
·
Jenis
kelamin : Laki – laki
·
Agama : Islam
·
Pekerjaan : Karyawan Pabrik
·
Pendidikan : SMK
·
Status perkawinan : Kawin
·
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
·
Alamat : Jl. Imam Bonjol X B Jember
·
No Register : 301916
·
MRS : 24 Oktober 2009 jam 18.00 WIB
·
Tgl. Penglajian : 25 Oktober 2009
·
Diagnosa Medis : Infark Myocard Acut (AMI)
2.
Biodata
·
Nama : Ny. S
·
Umur : 47 tahun
·
Jenis Kelamin : Perempuan
·
Agama : islam
·
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
·
Alamat : Jl. Imam Bonjol X B Jember
·
Hubungan dengan klien : Istri
3.
Keluhan Utama : Nyeri pada dada kiri
4.
Riwayat
Penyakit Sekarang
Pada tanggal
24 Oktober 2009 jam 08.00 WIB klien mengatakan tiga hari sebelum MRS merasakan
nyeri dada kiri seperti ditusuk, timbul 5-10 menit hilang timbul dan jika
beraktifitas tambah nyeri dan berkurang bila istirahat. Satu hari kemudian
klien merasakan nyeri kembali yang amat berat dan menyebar ke dada kanan,
karena nyeri semakin berat pukul 12.00 WIB klien dibawa kedokter dan disarankan
ke UGD RSUD Belambangan. Didapat tanda-tanda vital: T=130/80 mmHg, N=80x/menit,
S=36ºC, R=26x/menit, terpasang Oksigen 2Lt/menit. Saat pengkajian tanggal 25
oktober 2009 jam 12.00 WIB klien masih mengeluh nyeri walau tidak beraktifitas.
5.
Riwayat Penyakit sebelumnya
Klien mengatakan sejak 20 tahun lalu mempunyai kebiasaan
merokok 8-10 batang/hari dan berhenti sejak 1 minggu sebelum datang ke RS.
Klien mengatakan selama ini baru pertama kali menderita
penyakit jantung koroner,pernah menjalani operasi apendik sejak 5 tahuidak
mempunyai penyakit hipertensi maupun penyakit DM.
6.
riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan dari pihak keluarga
tak ada yang menderita penyakit menular dan menurun seperti penyakit hipertensi dan penyakit jantung
seperti yang di derita klien saat ini
7.
Riwayat Psikososial
a.
Aspek Psikososial
Klien
tinggal bersama istri dan anak, klien masih bekerja. Hubungan klien dan
keluarga terjalin baik dan tidak ada masalah. Saat pengkajian klien mengatakan
cemas terhadap penyakit yang di derita dan sering bertanya tentang penyakitnya.
Klien terbaring ditempat tidur, mudah berkomunikasi, bias menerima apa yang
kita berikan missal pengetahuan tentang penyakit yang dialami.
b.
Status Spiritual
Klien
mengatakan menganut agama islam, kegiatan agama yang sering dilKUKn saat sehat
adalah shalat di masjid, dan saat klien sakit dia hanya melakukan shalat
dirumah.
8.
Pola Kebiasaan Sehari-hari
a.
Pola Nutrisi
-
Dirumah : Klien makan nasi,
sayur, lauk, dan buah-buahan, tanpa ada makanan pantangan yang dihindari, makan
3x sehari, minum air putih ± 1500-2000 cc/hari.
-
DI Rumah Sakit : memperoleh
diet nasi, sayur dan lauk pauk, makan 3x sehari, habiis ¼ porsi dari diet yang
diberikan karena klien mengatakan tidak enak makan karena merasa mual, minum
air putih ± 100cc/hari
b.
Pola Eliminasi
-
Dirumah
: Klien BAK 4-5x/hari, dengan jumlah ± 1000cc-1500cc, warna kuning jernih bau
khas urin. Klien BAB 1x/hari, warna kuning, konsistensi lembek.
-
DiRumah
Sakit : Klien BAK 4-5x/hari, dengan jumlah ± 1000cc-1500cc, warna kuning
jernih, bau khas urin. Klien BAB 1x/hari, Warna kuning, konsistensi lembek.
c. Pola Kebersihan Diri
-
Dirumah
: klien mandi 2-3x/hari, gosok gigi tiap kali mandi, ganti pakaian 2x/hari,
keramas 1x/minggu.
-
DiRumah
Sakit : Klien diseka 2x/hari, gosok gigi tiap kali diseka, ganti pakaian
2x/hari, keramas tidak pernah, dibantu oleh perawat dan keluarga.
d. Pola Aktivitas Dan Latihan
-
Drumah
: Klien mengatakan aktivitas sehari-hari bekerja di perusahaan dan jarang olah
raga.
-
DiRumah
Sakit : Klien mengatakan diharuskan istirahat di tempat tidur, klien mudah
lelah.
e. Pola Istirahat Dan Tidur
-
Dirumah
: Klien tidur jam 02.00-05.00 WIB pada malam hari dan siang dengan waktu tidak
tentu tanpa gangguan.
-
DiRumah
Sakit : Klien tidur mulai jam 22.00-04.00 WIB dan selama MRS malam hari, sering
terbangun jika dada terasa nyeri, lama tidur ± 5 jam/hari.
9. Pemeriksaan fisik
Keadaan
Umum
a. Keadaan Sakit
Klien nampak
terbaring lemah, kesadaran kompos mentis, terpasang infus DS% dan EKG monitor,
klien nampak gelisah.
b. Tanda-tanda Vital
T : 130/80 mmHg
N : 72 x/menit
RR : 26 x/menit
S : 36 C
c. Pemeriksaan Sistemik
1. Kepala dan Rambut
Bentuk
oval, rambut berwarna hitam, penyebaran merata, tidak terdapat adanya lesi atau
benjolan pada kepala.
2. Mata
Bentuk
mata simetris dan konjungtiva tidak anemis, sklera tidak icterus, palpebra
tidak odem, mata nampak kemerahan, menggunakan alat bantu penglihatan.
3. Hidung
Bentuk
simetris, tidak terdapat sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada
pendarahan, tidak ada pembengkakan.
4. Telinga
Bentuk
simetris, tidak ada serumen kanan atau kiri, pendengaran normal, tidak ada
pendarahan dan lesi.
5. Rongga Mulut, gigi geligi, lidah, tonsil
dan faring
Mulut
bersih, lidah tidak kotor, terdapat caries gigi, terdapat peradangan, paring
tidak nampak kemerahan.
6. Leher dan tenggorokan
Tidak
ada pembesaran kelenjar tirod dan tidak ada bendungan vena jugularis.
7. Pemeriksaan dada dan thorak
a. Pemeriksaan paru
§ Inspeksi :
Normal chest
§ Palpasi : Fremitas vocal teraba sama kanan
dan kiri
§ Auskultasi : Wheezing (-), Ronki (-), Suara nafas
vasikuler
§ Perkusi :sonor
b. Pemeriksaan jantung
§ Inspeksi :
Terlihat Ictus Cordis pada ICS V pada garis mid clavicula
§ Palpasi : Ictus cordis teraba tidak lebih
dari 1 cm
§ Auskultasi :
Terdengar Bj I dan Bj II, tunggal, melemah, Bj III dan Bj IV tidak terdengar
§ Perkusi :
Batas jantung
ü Atas kiri ICS II Linea Sternalis Sinistra
ü Atas kanan ICS II Linea Sternalis Dexstra
ü Bawah kiri ICS V mid Klavikula sinsttra
ü Bawah kanan ICS IV Linea sternalis
sinistra
8. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi :
Bentuk Simetris
b. Auskultasi :
Peristaltik usus normal 5 – 35 x/menit
c. Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan pada lien, ginjal
dan hepar
d. Perkusi :
Suara Timpani
9. Pemeriksaan Integumen
Turgor kulit kembali kurang
dari 1 detik, tidak ada sianosis, kulit tampak bersih.
10. Pemeriksaan
Mukulusskeletal
Akral dingin
pada ekstrimitas atas dan bawah, tidak ada odem ekstrimitas, tidak ada
sianosis.
Kekuatan otot
4
|
4
|
4
|
4
|
11. Pemeriksaan
Neurologis
§ Spontan buka mata 4
§ Orientasi baik 5
§ Menurut perintah 6
GCS = 15
12. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 26
Oktober 2009
Glukosa 97mg/dl (76-110)
BUN 19,67mg/dl (10-50)
Creatinin 1,20mg/dl (0,50-110)
SGOT 40U/L (< 40U/L)
SGPT 59U/L (<41U/L)
CKMB 11U/L (24-195 U/L)
LDH 269 (210-425)
2. ECG = terdapat sinus brakhikardi 50x/menit, ST
elevasi di II,III,avf
Karena sering
ditemui pada saat infark akut, dan merupakan bagian sindroma Vasovagal terutama
berhubungan dengan infark miocard inferior.
3. Foto thorax
Tidak tampak pembesaran jantung
10. Penatalaksanaan
Tanggal 24 Oktober 2009
-
Infus
elextrose 5% 8 tetes/menit
-
Fraxiparin 2 x 0,6 cc
-
Acetosal 1 x 160mg
-
ISDN 3 x 50mg
-
Diazepam 3 x 50mg
-
Oksigen
2lt/ml
Pemeriksaan Laboraturium
Tanggal 27 September 2009 :
Hb : 13.4 gr/ dl(13.4-17.7 gr/dl)
Leukosit : 14.100/dl (4.3-10.3 dl)
Glukosa darah acak : 12,5 mg/dl (< 200 mg/dl)
Kalium : 3.9 meq/dl (3.8-5.0 Meq/dl)
Natrium : 140 Meq/dl (136-144 Meq/dl)
CKMB : 63
Serum Kreatinin : 0.61 (1.5 mg/dl)
Tanggal 29 September
2009
Urine lengkap : Albumin : negatif
Reduksi : -(negatif)
Urobilin : positif
Bilirubin : negatif
Urine sedimen : Eritrosit : 0-1/lp
Leukosit : 1-2/lp
Epitel : 1-3/lp
Silinder : negatif
Krital : negatif
Lain-lain : negatif
11. Therapi tanggal : 27 September 2009
a. Antalgin 2 ampul (iv)
b. Oksigen 4 liter/menit
c. Monitoring EKG
d. Infus RL 500/24 jam...7
tetes/menit
e. Ampisilin 4x1 gr
f. Diazepam 3x500 mg
g. Asetosal (ASA) 1x 100 mg
h. Laxadin Syp 3x1 sendok makan
i.
Captopril
3x6,5 mg
j.
ISDN
3x5 mg
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Analisa Data
Nama : Tn.RK
Umur : 50 th
RM : 301916
Umur : 50 th
RM : 301916
No
|
Kelompok data
|
Masalah
|
Etiologi
|
||||
1
|
DS :
Klien mengatakan terasa nyeri pada didi kirinya
DO :
•
Klien tampak
memgangi dada kirinya
•
Ekspresi wajah tampak menahan nyeri
•
Klien nampak lelah
•
Pemeriksaan EKG terdapat sinus Bradikardi 50x/menit, ST elevasi di II,
III avf
•
Terpasang oksigen 2 liter/mili
•
Tanda vital
T : 130/80 mmHg
N : 72 x/menit
RR : 26x/menit
S : 36ºC
|
Gangguan rasa nyaman (nyeri
dada)
|
Iskemia Myocard atau nekrosis
|
||||
2
|
DS : Klien mengatakan kakinya
dingin
DO :
•
Klien nampak lelah
•
Akral dingin ekstrimitas atas dan bawah
•
EKG terdapat sinus bradikapdi 50x/menit
•
Terpasang oksigen 2 l/ml
•
Tanda-tanda vital
T : 130/80 mmHg
N : 72 x/menit
RR : 26x/menit
S : 36ºC
|
Resiko penurunan perfusi
jaringan
|
Vasokonstriksi
|
||||
3
|
DS :
Klien mengatakan selama dirawat diharuskan istirshat di tempat tidur
DO :
•
Klien nampak lemah
•
Kebutuhan aktifitas ( mandi, makan, BAB, BAK) dibantu oleh keluarga
•
Kekuatan otot
•
EKG terdapat bradikardi
50x/menit
•
Terpasang oksigen 2l/ml
•
Tanda-tanda vital
T : 130/80 mmHg
N : 72 x/menit
RR : 26x/menit
S : 36ºC
|
Intoleransi aktifitas
|
Kelemahan sekunder terhadap
myocard
|
||||
4
|
DS : Klien mengatakan
sering terbangun saat tidur malam karena nyeri pada dadanya
DO :
•
Klien mampu tidur 4-5 jam/24 jam selama dirawat di RS
•
Selama di Rumah tidur klien 7-8 jam/24 jam
•
Klien sering menguap
•
Ekspresi wajah tampak menahan nyeri
•
Tanda-tanda vital
T : 130/80 mmHg
N : 72 x/menit
RR : 26x/menit
S : 36ºC
|
Gangguan pemenuhan istirahat
tidur
|
Nyeri dan lingkungan
lingkungan rumah sakit yang asing bagi klien
|
||||
5
|
DS :
Klien menanyakan tentang kondisi penyakitnya
DO :
•
Klien memegang dada kirinya
•
Klien sering bertanya tentang keadaan penyakitnya
•
Klien gelisah
•
Ekspresi wajah murung
•
Terpasang EKG monitor
•
Terpasang Oksigen 2 l/ml
•
Tanda-tanda vital
T : 130/80 mmHg
N : 72 x/menit
RR : 26x/menit
S : 36ºC
|
Gangguan psikologis (ansietas)
|
Ancaman kematian
terhadap penurunan kondisi dan proses penyembuhan
|
||||
6
|
DS : Klien mengatakan tidak enak
makan, mual
DO :
•
Keadaan umum lemah
•
Diet yang di berikan hanya di habiskan ¼ dari
porsi
•
BB sebelum sakit = 55kg
•
BB elama sakit = 50 kg
•
Cara menghidangkan diet tidak di piring
|
Gangguan kebutuhan nutrisi
|
Anaroksia
|
2.
Diagnosa Keperawatan / Daftar Masalah
Tanggal muncul
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tanggal teratasi
|
Ttd
|
||||
25-10-2009
|
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri dada) berhubungan dengan iskemia
dan infark otot jantung oleh karena suplai oksigen yang ditandai dengan klien
nampak memegangi dada kirinya, ekspresi wajah nampak menahan nyeri, EKG
terdapat sinus bradikardi 50x/menit, ST elevasi di II,IIIavf, terpasang
oksigen 2l/ml
|
27-10-2009
|
|||||
25-10-2009
|
2. Resiko penurunan perfusi jaringan dengan faso konstriksi di
tandai dengan klien nampak lemah, akral dingin ekstrimitas atas dan bawah,
EKG terdapat sinus bradikardi 50x/menit, ST elevasi di II,IIIavf, terpasang
oksigen 2l/ml, Tanda-tanda vital
T : 130/80 mmHg, N : 72 x/menit, RR : 26x/menit,
S:36ºC
|
28-10-2009
|
|||||
25-10-2009
|
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
sekunder terhadap myocard yang ditandai dengan klien nampak lemah,
Kekuatan otot :
EKG terdapat sinus
bradikardi 50x/menit, ST elevasi di II,IIIavf, terpasang oksigen 2l/ml,
kebutuhan aktivitas sehari-hari (mandi, BAB, BAK) dibantu. Tanda-tanda vital
T : 130/80 mmHg, N : 72 x/menit, RR : 26x/menit,
S:36ºC
|
28-10-2009
|
|||||
25-10-2009
|
4. Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri dan
lingkungan RS yang asing bagi klien di tandai dengan klien mampu tidur 4-5
jam/24 jam selama di rmah sakit
|
27-10-2009
|
|||||
25-10-2009
|
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan
Anoreksia yang di tandai dengan keadaan umum lemah, diet yang dihabiskan ¼
dari porsi, BB= 50 kg, TB= 159 cm, cara menghidangkan makanan tidak dipiring
|
27-10-2009
|
|||||
25-10-2009
|
6. Gangguan psikologis (Ansietas) berhubungan dengan ancaman
kematian terhadap penurunan kondisi dan proses penyembuhan yang ditandai
dengan klien sering bertanya tentang keadaan penyakitnya, klien gelisah,
ekspresi wajah
|
27-10-2009
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar