Makalah
Pemeriksaan
Fisik Thorax
(
Pemeriksaan Paru, Jantung, Payudara, Ketiak )
Disusun oleh :
S1 A Tk II Kelompok 7A
1.
Dian Puspitaningrum (2008.02.007)
2.
Eddy Imam Hanafi (2008.02.008)
3.
Ervina Dwi S (2008.02.009)
4.
Putu Agus adi Pratama (2008.02.029)
5.
Wenny Andriyan Dwinanda (2008.02.043)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pemeriksaan dada adalah untuk
mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi dari dada dan organ di dalamnya. Pemeriksaan
dilaksanakan dengan Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.
1.1.1
Anatomi
a. Dada dan paru
Dinding dada merupakan bungkus untuk organ di dalamnya, yang terbesar adalah jantung dan paru-paru. Tulang-tulang iga (kesta 1-12) bersama dengan otot interkostal, serta diafragma pada bagian caudal membentuk rongga thorax.
Pleura parietals melapisi satu sisi dari thorax (kiri dan kanan). Sedangkan pleura viseralis melapisi seluruh paru (kanan dan kiri). Antara pleura parietals dengan viseralis ada tekanan negative (“menghisap”), sehingga pleura parietals da viseralis erring bersinggungan. Ruangan antara kedua pleura disebut rongga pleura. Bila ada hubungan antara udara luar (tekanan 1 atm). Dengan rongga pleura, misalnya karena luka tusuk, maka tekanan positif akan memasuki rongga pleura, sehingga terjadi “open pneumo-thorax”. Tentu saja paru (bersama pleura viseralis) akan kuncup (collaps).
Bila karena suatu sebab, permukaan pleura viseralis robek, dan ada hubungan antara bronchus dengan rongga pleura, sedangkan pleura viseralis tetap utuh, maka udara akan masuk rongga pleura sehingga juga dapat terjadi pnuemotorax. Apabila ada sesuatu mekanisme “ventiel” sehingga udara dari bronchus masuk rongga pleura, tetapi tidak dapat masuk kembali, maka akan terjadi peunomothorax yang semakin berat yang pada akhirnya akan mendorong paru sebelahnya. Keadaan ini dikenal sebagai “tension pneumothorax”.
Apabila terdapat perdarahan dalam rongga pleura, maka keadaan ini dikenal sebagai hemothorax.
Paru-Paru
Terdapat dua masing-masing di kiri dan kanan. Dari pangkal paru (jilus) keluar bronkus utama kiri dan kanan yang bersatu membentuk trakea.
Terdapat dua masing-masing di kiri dan kanan. Dari pangkal paru (jilus) keluar bronkus utama kiri dan kanan yang bersatu membentuk trakea.
Mediastinum
Antara kedua paru (dan pleura viseralis) terdapat antara lain jantung dan pembuluh darah besar. Apabila ada tension pneumothorax maka mediastinum terdorong ke sisi yang sehat, sehingga ada gangguan arus balik darah melalui cava. Keadaan ini akan menimbulkan syok, karena jantung tidak maksimal mencurahkan darah.
Jantung berdenyut dalam suatu kantong, yang dikenal sebagai pericardium, Apabila ada luka tusuk jantung, maka darah mungkin akan keluar dari jantung dan mengisi rongga pericardium, sedemikian rupa sehingga denyut jantung akan terhambat. Akan timbul syok, yang bukan syok hemoragik, melainkan syok kardiogenik.
Antara kedua paru (dan pleura viseralis) terdapat antara lain jantung dan pembuluh darah besar. Apabila ada tension pneumothorax maka mediastinum terdorong ke sisi yang sehat, sehingga ada gangguan arus balik darah melalui cava. Keadaan ini akan menimbulkan syok, karena jantung tidak maksimal mencurahkan darah.
Jantung berdenyut dalam suatu kantong, yang dikenal sebagai pericardium, Apabila ada luka tusuk jantung, maka darah mungkin akan keluar dari jantung dan mengisi rongga pericardium, sedemikian rupa sehingga denyut jantung akan terhambat. Akan timbul syok, yang bukan syok hemoragik, melainkan syok kardiogenik.
b. Jantung
·
Terletak di rongga dada, di
antara paru, disebut mediastinum
·
Bentuk
jantung kerucut, memiliki apeks, tepat di atas diafragma, sebelah kiri garis
tengah
·
Ujung
jantung mengarah kebawah, depan, kiri
·
Bagian
kiri jantung di pisahkan dengan bagian kanan oleh sekat rongga jantung
·
Dinding
jantung mendapat vaskularisasi dari A. Coronar kiri dan kanan
·
Jantung
di bagi menjadi empat bagian : ventrikel kanan dan kiri, atrium kanan dan kiri
Dinding jantung :
·
Keempat
ruang jantung tersusun atas otot jantung
a. Myokardium
b. Endokardium
·
Jantung
dibungkus membran pericardium yang terdiri dari 3 lapis
a. Perikardium fibrosa
b. Perikardium perietalis
c. Perikardium viscerali
e. Payudara
Puting susu dan
areola terletak di bagian tengah setiap payudara. Biasanya mempunyai warna dan tekstur yang berbeda
dari kulit di sekelilingnya. Warnanya bermacam-macam dari yang merah muda
pucat, sampai hitam dan gelap selama masa kehamilan dan menyusui. Teksturnya
dapat bermacam-macam antara sangat halus sampai berkerut dan bergelombang.
Puting susu biasanya menonjol keluar dari permukaan payudara. Areola semacam
daerah pigmen yang mengelilingi puting susu. Ukurannya bermacam-macam
tergantung dari setiap wanita. Dan beberapa ukuran yang bermacam-macam itu
normal dari tiap payudara pada wanita yang sama. Puting susu dan areola disusun
oleh urat otot yang lembut dan merupakan sebuah jaringan yang tebal berupa urat
saraf berada di ujungnya. Puting susu menjadi tegak sebagai hasil dari
kontraksi otot bukan karena adanya penyerapan darah. Puting susu yang menjadi
tegak bukan disebabkan oleh puting susu itu sendiri merupakan indikasi gairah
seksual. Puting susu dapat pula menjadi tegak bukan sebagai hasil dari beberapa
bentuk perangsangan seksual yang alami dan puting susu seorang wanita mungkin
tidak menjadi tegak ketika ia terangsang secara seksual. Pada daerah areola
terdapat beberapa minyak yang dihasilkan oleh kelenjar Montgomery. Kelenjar ini
dapat berbentuk gelombang-gelombang naik dan sensitif terhadap siklus
menstruasi seorang wanita. Kelenjar ini bekerja untuk melindungi dan meminyaki
puting susu selama menyusui. Beberapa puting susu menonjol ke dalam atau rata
dengan permukaan payudara. Keadaaan tersebut kemudian ditunjukkan sebagai
puting susu terbalik dan tidak satu pun dari keadaan tersebut yang
memperlihatkan kemampuan seorang wanita untuk menyusui, yang berdampak negatif.
1.1.2
Fisiologi
a. Paru
Sal. Nafas Bawah :
- Meliputi : Trachea bag. Bwh, Bronchiolus,
alveolus
-
Bronchus primar : cab. Trachea
ka & ki
-
Didlm paru mjd bronchus
secundar yg bercab. ke lobus paru
-
Bronchus bercabang smp
brochiolus
-
Bronchiolus tidak memiliki
Cartilago, berakhir pd alveolus
Bag. Sistim Respirasi : Membran pleura & otot pernafasan
Trachea & Major Bronchi
VENTILASI & PERFUSI
•
Ventilasi :
-
Pergerakan udara dari &
keluar paru, yang merupakan hasil kerja otot respirasi shg menghasilkan
perubahan tekanan dlm alveolus & bronchus
-
Meliputi
: inhalasi (inspirasi) & ekhalasi (ekspirasi)
•
Ventilasi dijalankan oleh
-
Sistim saraf dg pusat
pernafasan di Pons & MO
-
Otot-otot pernafasan,meliputi :
# Diafragma
# Musc.
Intercostalis Ext. : menarik iga keatas & keluar
# Musc. Intercostalis Int. : Menarik iga
kebawah & kedalam
•
Tiga
tekanan yg berhub. Dg ventilasi :
-
Tek. Atmosfer : Tek. # 760 mm
Hg
-
Tek. Intrapleura : Tek. Negatif
(sdkt dibwh tek atm), ‘cegah paru colaps, ok ada cairan serosa di ant. Kedua
pleura
-
Tek Intra pulmonal : Tek. Yg
berfluktuasi sesuai siklus nafas
Pernapasan terdiri dari inspirasi (menarik napas) dan kespirasi (mengeluarkan napas)
Pernafasan normal umumnya berkisar antara 12-20 kali/menit. Pernafasan yang lebih dari 24 kali/menit dikenal sebagai tachypnoe (taghi-pe-nu).Apabila pernafasan buatan dibuat lebih dari 24 kali/menit, maka dikenal sebagai hiperventilasi.Tachypnoe dapat sebagai akibat keadaan fisiologi (ketakutan, kecapaian, dsb) tetapi juga dapat merupakan indikator bahwa ada yang tidak beres dengan masalah breathing.
Hipoksia dan hiperkapnia
Pada dasarnya proses pernafasan bertujuan untuk memasukan oksigen ke dalam tubuh, yang Kemudian akan berdifusi dalam darah.Gangguan pernafasan akan mengakibatkan gangguan oksigenasi (kadar O2 rendah ) yang dikenal sebagai hipoksia. Apabila gangguan pernafasan disertai dengan penimbunan CO2 dalam darah, maka akan timbul hiperkapnia.Pada umumnya hipoksia akan bermanifestasi sebagai dyspnoe (dis-pe-nu) sedangkan hiperkapnia yang berat akan bermanifestasi sebagai sianosis.Hipoksia ringan umumnya sudah akan memberikan gejala tachypnoe dan dyspnoe. Keadaan ini juga dikenal memakai “pulse oxymeter” yang mengukur saturasi O2 dalam darah. Saturasi O2 di atas 95% berarti normal.Hiperkapnia ringan tidak mungkin dikenal secara klinis.
b. Jantung
•
Fungsi & mekanisme kerja
jantung :
-
Mekanisme jantung sbg pompa
-
Sistim konduksi listrik jantung
-
Mekanisme kontraksi otot
jantung
•
Mekanisme regulasiI &
sirkulasi darah
-
Pembuluh
darah arteri, vena & sistim kapiler
-
Tekanan
darah & mekanisme regulasi tekanan darah
•
Gangguan
fungsi jantung dan sirkulasi darah
-
Gangguan fungsi jantung
-
Gangguan sirkulasi darah
Mekanisme
jantung sebagai pompa
•Jantung memiliki 2 atrium & 2 ventrikel
•Ant. Vent. Ki
& Atrium Ki terdapat katup tricuspidalis
•Ant. Vent. Ka & Atrium Ka terdapat
katup bicuspidalis (mitralis)
•Ant. Vent. Ki
& A. Pulmonalis serta vent. Ka & Aorta terdapat katup Semilunaris
•Tenaga utama pompa jantung berasal dari
ventrikel
•Vena besar yang bermuara di jantung tdk
dibatasi oleh katup
•Dinding jantung mendapatkan darah dari A.
Coroner Ki. & Ka.
•Otot jantung sama dengan otot skelet (rangka/lurik) , memiliki
filamen actin & myosin, sehingga kontraksinya berlangsung karena pergeseran
kedua filamen ini
FISIOLOGI OTOT JANTUNG
•Jantung dibentuk oleh 3 jenis otot :
-Otot atrium
-Otot ventrikel
-Serabut otot perangsang &
penghantar khusus
•Beda Otot skelet dg Otot jantung
adalah didapatkannya :
fungsional
synsitium yg terletak diantara serabut otot
jantung, sehingga jika salah satu bagiannya dirangsang, keadaan terangsang ini
akan dihantarkan ke seluruh otot jantung.
•Jantung td 2 fungsional synsytium :
-Synsitium atrium
-synsytium ventrikel
Aliran rangsang dari atrium ke ventrikel mll jaringan khusus penghantar
rangsang yg disb : berkas A-V
ELEKTROFISIOLOGI OTOT
JANTUNG
•Proses depolarisasi – repolarisasi dari otot jantung :
-Kontraksi otot jantung dimulai oleh
rangsang dr jar. Khusus (Cardiac coduction system) yang
mengandung fungtional syncytium
•Cardiac conduction system meliputi :
-SA node
-AV Node
-Internodal atrial pathways
-Bundle of HIS (Bag. AV node yg menjembatani Atrial & ventrikular
syncytium)
-Bundle of HIS berlanjut menjadi Purkinya fibers
•Kontraksi berupa depolarisasi – repolarisasi
-Depolarisasinya berlangsung cepat (spt otot skelet), &
Repolarisasinya berlangsung lambat
FUNGSI KATUP
•Katup AV lebih tipis dibanding Katup semilunaris
•Katup AV mencegah aliran balik dari
ventrikel ke atrium selama sistolik :
-secara pasif, mengikuti selisih tekanan dr
vent. & atrium
-M. papilaris melekat pd katup AV mll chorda tendinae , fungsi:
menarik katup ke arah ventrikel, jika penutupan ke atrium terlalu jauh ke dalam
atrium, selama kontraksi ventrikel
•Katup semilunaris (Aorta & Pulmonal):
-Mencegah aliran balik dr aorta & A.
pulmonalis ke ventrikel
-Penutupan lebih kuat, shg bunyi lebih kuat
dibanding katup AV
1.2
Tujuan
- Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan dada dan paru
- Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan jantung
- Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan payudara dan ketiak
1.3
Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang kami gunakan adalah metode pustaka dan
literatur dari intenet
1.4
Sistematika
Halaman judul
Kata Pengantar
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode Penulisan
1.4 Sistematika
Bab II Pembahasan
Bab III Penutup
Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PEMERIKSAAN DADA DAN PARU
Pemeriksaan dada adalah untuk mendapatkan kesan dari
bentuk dan fungsi dari dada dan organ di dalamnya. Pemeriksaan dilaksanakan
dengan Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.
Tujuan
1. Mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi,
keadaan kulit, dinding dada,
2. Mengetahui frekuensi, sifat, irama,
pernapasan
3. Mengetahui adanya nyeri tekan, massa,
peradangan, taktil fremitus
4. Mengetahui keadaan paru rongga pleura
5. Mengetahui batas paru-paru dengan orang
lain disekitarnya
6. Mengkaji aliran udara melalui batang
trakeobonkial
Persiapan alat
- Stetoskop
- Penggaris sentimeter
- Pensil penanda
2.1.1
INSPEKSI DADA
Tujuan inspeksi dada
1. Menentukan kecepatan dan irama pernapasan
2. Untuk mengkaji bentuk serta fungsi dada
dan organ-organ di dalamnya.
3. Deformitas atau asimetris misalnya
ditemukan Kifoskoliosis
4. Retraksi inspirasi abnormal dari
interkostal misalnya retraksi pada obstruksi jalan napfas
5. Gangguan atau kelambanan gerakan
pernapasan atau unilateral misalnya penyakit yang penyebab dasarnya di paru
atau pleura, paralisis nervus frenikus
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi dada
- Buka baju klien dan perlihatkan badan klien sebatas pinggangnya
- Atur posisi klien duduk dan berdiri
- Beri penjelasan pada klien apa yang akan dilakukan oleh pemeriksa dan anjurkan klien untuk tetap santai dan rileks
- Lakukan pengamatan bentuk dada dari 4 sisi, yaitu
- Depan : Perhatikan klavikula, sternum, dan tulang rusuk
- Belakang : perhatikan bentuk tulang belakang, kesimetrisan skapula
- Sisi kanan
- Sisi kiri klien
- Inspeksi bentuk dada secara keseluruhan untuk mengetahui kelainan bentuk dada dan tentukan frekuensi respirasi
- Amati keadaan kulit dada, apakah terdapat retraksi interkostalis selama bernapas, jaringan perut, atau kelainan lainnya.
Tabel pada pemeriksaan inspeksi paru
Inspeksi
|
Normal
|
Abnormal
|
Penampilan Umum
|
Pernapasan tenang, Duduk atau bangun bersandar tanpa kesulitan, kulit stranlusen
tampak kering, bidang kuku merah muda, membran mukosa merah muda, dan lembab,
sianosis atau pucat dikaji dengan menetapkan nilai dasar individual,
sebelumnya
|
Bibir monyong ketika menghirup napas, Condong kedepan dengan
tangan atau siku di atas lutut, kulit : berkeringat, sedikit pucat, atau agak
kemerahan, Sianosis : kulit atau membrane mukosa tampak kebiruan, sianosis
sentral : akibat penurunan oksigenasi darah, sianosis perifer : akibat
vasokontriksi setempat atau penurunan curah jantun, kuku tubuh : perbesaran
falang terminal tanpa nyeri yang berkaitan dengan hipoksia jaringan kronis
|
Trakhea
|
Bagian tengah leher
|
Deviasi trachea : Pergeseran
tempat baik lateral, anterior atau osterior.
Distensi vena jugularis
Batuk : kuat atau lemah, kering atau basah, produktif atau
nonproduktif.
Pembentukan sputum : jumlah, warna, bau,
konsistensi
|
Frekuensi
|
Eupnea : 12 sampai 20 kali
|
Takipnea : Frekuensi ≥ 20 kali/menit
Bradipnea : frekuensi ≤ 10 kali/menit
|
Pola pernapasan
|
Upaya inspirasi minimal : pasif, ekspirasi tenang, rasio
inspirasi/ekspirasi=1:2
Pria : pernapasan diafragma
Wanita : pernapasan toraks
|
Hiperpnea : Peningkatan kedalaman
pernapasan.
Pernapasan dengan otot-otot aksesorius.
Apnea : tidak ada pernapasan
total.
Biot : irama takteratur dengan periode apnea.
Cheyne-Stokes : napas dalam dan dangkal
bersiklus, diikuti dengan periode apnea.
Kussmaul : Pernapasan cepat dalam dan teratur.
Paradok : Bagian dinding dada bergerak selama inhalasi
dan keluar selama ekshalasi.
Stidor : Bunyi yang terdengar jelas keras, tedak
nyaring selama inhalasi dan ekshalasi
|
Konfigurasi toraks
|
Tampak simetris
Diameterantereroposterior (AP) lebih kecil dari
diameter transversal
Tulang belakang lurus
Skapula pada bidang horizontal yang sama
|
Ekspansi dada tak sama.
Perkembangan makskular asimetris
Dada tong : diameter AP meningkat dalam hubungannya
dengan diameter transversal
Kifosis : Fleksi ekstensi tulang belakang
Skoliosis : Peningkatan lengkung lateral
Letak skapula asimetris
|
Inspeksi
•
Postur à kronis à clavicula elevasi
keatas
•
Bentuk =
bayi ≠ orang dewasa
•
Bayi ø A P & T = sama
•
Dewasa ø A P
& T = 1 : 2
•
Pigeon cest=AP membesar Sternum
menonjol, Tranversal Sempit
•
Funnel cest=sternum menyempit
AP mengecil
•
Barel cest ø A P & T = 1:1
•
Kesimetrisan
•
Keadaan kulit à odema / tumor
•
Pengamatan dada
•
Frekwensi = N 16-24 x/mnt à >> 24 x/mnt (tacipneu)
•
Ritme
pernapasan = apneu = t’ tdpt pernapasan
•
Cheyne-stoke = amplitudo
kecil,membesar,mengecil,apnue ( G3 saraf)
•
Biot’s = cepat dan dalam di selingi apnue
(kerusakan otak)
•
Kusmaul = cepat dan dalam tanpa henti (koma
diabetikum)
2.1.2
PALPASI DADA
Tujuan palpasi dada
1. Untuk mengetahui area nyeri tekan misalnya
fraktur iga
2.
Abdornalitas yang terlihat
misalnya massa,
saluran sinus
3.
Ekspansi dada misal gangguan,
kedua sisi pada PPOM dan penyakit parurestriktif
Palpasi dada
Ekspansi dada
- Berdiri di depan klien dan letakkan kedua telapak tangan secara datar pada dinding dada klien
- Anjurkan klien untuk menarik napas
- Rasakan gerakan dinding dada dan bandingkan sisi kanan dan sisi kiri
- Pemeriksa berdiri di belakang klien, letakkan tangan pemeriksa disisi dada lateral klien, perhatikan getaran kesamping sewaktu klien bernapas
- Letakkan kedua tangan pemeriksa di punggung klien-ibu jari diletakkan sepanjang penonjolan spina setinggi iga ke-10 dengan telapak menyentuh permukaan posterior. Jari-jari harus terletak kurang lebih 5 cm terpisah dengan titik ibu jari pada sepina dan jari lain ke lateral
- Setelah Ekshalasi, minta klien untuk bernapas dalam, observasi gerakan ibu jari pemariksa.
- Bandingkan gerakan kedua sisi dinding dada.
Palpasi
–
Untuk mengkaji keadaan kulit,
–
nyeri tekanà luka
setempat
–
massa, peradangan, Ã metastasis, tumor
–
kesimetrisan ekspansi dan tactil vremitus
•
getaran meningkat : inviltrat
•
getaran menurun : empisema, pnemotorak, hidrotorak, atelektasis
Teknik pemeriksaan
|
Kemungkinan temuan/ abnormal
|
Area nyeri tekan
|
Misalnya fraktur iga
|
Abdornalitas yang terlihat
|
Misalnya massa,
saluran sinus
|
Ekspansi dada
|
Gangguan, kedua sisi pada PPOM dan penyakit parurestriktif
|
Taktil fremitus
|
Peningkatan atau penurunan local atau umum
|
Taktil Fremitus
- Letakkan telapak tangan pada bagian belakang dinding dada dekat apeks paru-paru
- Instruksikan klien untuk mengucapkan bilangan.“ Sembilan-sembilan“.
- Ulangi langkah tersebut dengan tangan bergeak ke bagian dasar paru-paru
- Bandingkan fremitus pada kedua sisi paru dan diantara apeks dasar paru-paru
- Lakukan palpasi taktil fremitus pada dinding dada anterior
- Minta klien untuk berbicara lebih keras atau dengan nada lebih rendah jika fremitus redup
2.1.3
PERKUSI DADA
Tujuan perkusi dada
- Digunakan untuk menentukan jaringan paru di bawahnya terisi udara atau cairan, atau padat.
- Perkusi akan membantu dalam menentukan batas-batas dari paru-paru
Perkusi dada
- aturkan posisi klien supinasi/telentang
- Untuk perkusi paru anterior, perkusi dimulai dari atas klavikula kebawah pada sepasium interkostalis dengan interval 4-5 cm mengikuti pola sistematik.
- Batas paru dextra : Perkusi dimulai dari bawah clavicula sampai dengan ICS 5.
- Untuk menentukan batas paru sinistra: Mulai bawah clavicula sampai dengan ICS 3.
- Bandingkan sisi kiri dan kanan
- Anjurkan posisi klien duduk atau berdiri
- Untuk perkusi paru posterior, lakukan perkusi mlai dari puncak paru kebawah
- Bandingkan sisi kiri dan kanan
- Instruksikan klien untuk menarik napas panjang dan menahannya untuk mendeterminasi gerak diafragma
- Lakukan perkusi sepanjang garis skapula sampai pada lokasi batas bawah sampai resonan berubah menjadi redup
- Tandai area redupnya bunyi dengn pensil/spidol
- Instruksikan klien untuk menghembuskan napas secara maksimal dan menahannya
- Lakukan perkusi dari bunyi redup/tanda I ke atas. Biasanya bunyi redup ke-2 ditemukan diatas tanda I
- Beri tanda pada kulit tempat ditemukannya bunyi redup (tanda II)
- Ukur jarak antara tanda I dan tanda II. Pada wanita jarak antara kedua tanda ini normalnya 3-5 cm, pada pria 5-6 cm
Tabel temuan pada pemeriksaan perkusi paru
Perkusi
|
Normal
|
Abnormal
|
Bidang paru
|
Bunyi resonan, tingkat kenyaringan rendah,
menggaung, mudah terdengar, kualitas sama pada kedua sisi.
|
Hiperesonan : akan terdengar pada pengumpulan
udara atau pneumotoraks
Pekak atau datar : terjadi akibat penurunan
udara di dalam paru-paru (tumor, cairan)
|
Gerakan dan posisi diafragma
|
Letak diafragma pada vertebrata toraks ke 10
setiap hemediafragma bergerak 3-6 cm
|
Posisi tinggi distensi lambung atau kerusakan
saraf frenikus. Penurunan atau tanpa gerakan pada kedua hemodiafragma
|
|
|
|
•
Perkusi
–
Normal : resonan :’ dug,dug,dug “
•
Melemah :bleg,bleg,bleg : “tumor
•
Meningkat: deng,deng,deng : “pemotorak”
–
Batas paru
2.1.4
AUSKULTASI PARU
Tujuan auskultasi paru
Mengkaji
gerakan udara melewati pohon trakheobronkial dan mendeteksi mukus atau jalan
nafas yang terobstruksi.
Auskultasi paru
- Gunakan diafragma stetoskop untuk orang dewasa dan bell untuk anak-anak
- Letakkan stetoskop dengan kuat pada kulit diatas area interkostal
- Instruksikan klien bernapas secara perlahan dan dalam dengan mulut sedikit tertutup
- Mulai auskultasi dengan urutan yang benar
- Dengarkan inspirasi dan ekspirasi pada setiap tempat
- Catat hasik auskultasi
Bunyi nafas normal
Deskripsi
|
Lokasi
|
Asal
|
VESIKULER
Bunyi Vesikuler halus ,lembut dan bernada
rendah. fase inspirsi 3 kali lebih lama dari fase ekspirasi
|
Paling baik didengar diperifer paru (kecuali
diatas skapula)
|
Diciptakan oleh udara yang bergerak melewati jalan
nafas yang lebih kecil
|
BRONKOVESIKULER
Bunyi Bronkovesikuler bernada sedang dan bunyi
tiupan dengan intensitas sedang. Fase inspirasi sama dengan fase ekspirasi.
|
Paling baik didengar secara posterior antara scapula dan anterior
diatas bronkeolus disamping sternum pada rongga intercostals pertama dan
kedua
|
Diciptakan oleh udara yang bergerak melewati trakea yang dekat
dengan dinding dada
|
BRONKIAL
Bunyi Bronkial terdengar keras dan bernada
tinggi dengan kwalitas bergema. Ekspirasi lebih lama daripada Inspirasi
|
Paling baik terdengar diatas trakea
|
Diciptakan oleh udara yang bergearak melewati
trakea yang dekat dengan dinding dada
|
Kelainan/abnormal paru
Bunyi
|
Daerah yang diauskultasi
|
Penyebab
|
Karakter
|
Krekels (Rales)
|
Paling umum terdengar di lobus dependen: dasar
paru kanan dan kiri
|
Reinflasi sekolompo alveolus yang acakdan
tiba-tiba;aliran udara yang kacau
|
Krekels halus adalah bunyi kemercik bernada
halus tinggi,singkat,yang terdengar diakhir inspirasi,biasanya tidak hilang
dengan batuk.
Krekels basah
adalah bunyi yang lebih rendah, lebih lambat terdengar dipertengahan
inspirasi;tidak hilang dengan batuk.
|
Ronki
|
Terdengar diatas trakea dan bronkus ;jika cukup
keras,dapat terdengar disebagian besar bidang paru
|
Spasme Muskuler, cairan atau mucus pada jalan
napas yang besar, menyebabkan turbulensi
|
Bunyi keras,bernada rendah, bergemuruh, kasar
yang paling sering terdengar selama inspirasi atau ekspirasi, dapat hilang
dengan batuk.
|
Mengi
|
Dapat didengar diseluruh bidang paru
|
Aliran udara kecepatan tinggi melewai broncus
yang mengalami penyempitan berat
|
Bunyi musikal bernada tinggi dan kontinu seperti
berdecit yang terdengar secara kontinu selama inspirasi atau ekspirasi;
biasanya lebih keras pada ekspirasi, tidak hilang dengan batuk.
|
Gesekan Pleura
|
Terdengar dibidang paru lateral anterior (jika
klien duduk tegak)
|
Pleura yang mengalami inflamasi, pleura
parietalis yang bergesekan dengan pleura viseralis
|
Bunyi kering , berciut yang paling terdengar
selama inspirasi ; tidak hilang dengan batuk , terdengar paling keras diatas
permukaan anterior lateral
|
PEMERIKSAAN JANTUNG
Tujuan
- Mengetahui ketidaknormalan denyut jantung
- Mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar
- Mengetahui bunyi jantung normal atau abnormal
- Mendeteksi gangguan kardiovaskular
Persiapan alat
- Stetoskop
- Senter kecil
INSPEKSI DAN PALPASI JANTUNG
Tujuan inspeksi & palpasi jantung
1. Mengkaji basis jantung yang bergerak ke
arah apeks
2. mengidentifikasi terhadap dua garis batas
anatomi pertama.
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi dan palpasi
- Posisikan klien terlentang dengan pemeriksa berada disebelah kanan klien
- Lokalisasi tanda pada dada, pertama dengan memalpasi sudut louis atau sudut sternal yang teraba, seperti suatu tonjolan datar memanjang pada sternum kurang lebih 5 cm dibawah takik sentral
- Gerakan jari-jari sepanjang sudut pada masing-masing sisi sternum untuk meraba iga kedua yang berdekatan
- Palpasi spasium interkostal ke-2 kanan untuk menentukan area aorta dan spasium interkostalis ke-2 kiri untuk area pulmonal
- Inspeksi dan kemudian palpasi area aorta dan area pulmonal untuk mengetahui ada/tidaknya pulsasi
- Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui area trikuspidalis/ventrikular amati adanya pulsasi
- Dari area trikuspidalis, pindahkan tangan secara lateral 5-7 cm ke garis midklavikula iri untuk menemukan area apical atau titik denyut maksimal (Point of Maximal Impuls, PMI)
- Inspeksi dan palpasi area apical tersebut untuk mengetahui pulsasi
- Untuk mengetahui pulsasi aorta lakukan inspeksi dan palpasi pada area epigastrik tepat dibawah ujung sternum
Inpeksi palpasi jantung
|
Normal
|
Mencari iktus cordis
|
Denyutan dinding thorax karena
pukulan ventrikel kiri pada dinding thorax
|
Pembesaran jantung
|
Ictus cordis sampai ke linea axila anterior
|
Normal
|
di ICS V Linea Medio Clavikula Sinistra selebar 1 cm
|
Inspeksi palpasi jantung
|
Abormal
|
Letak impuls
|
Bergeser kekiri pada wanita hamil
|
Diameter
|
Peningkatan diameter amplitudo dan durasi pada
dilatasi ventrikel kiri karena gagal jantung kongestif atau kardiomiopati
iskemik
|
Amplitudo—biasanya seperti ketukan
|
Terus menerus pada hipertrofi ventrikel kiri :
menyebar pada gagal jantung kongestif
|
Durasi
Raba : impuls vertikel kanan pada parasternum kiri
dan area epigastrik
Palpasi interkostal kanan dan kiri dekat dengan sternum
|
Kuatnya impuls diduga pembesaran ventrikel kanan
Pulpasi pembuluh darah besar, S2 yang menonjol ; thril pada
stenosis aorta atau pulmonal
|
PERKUSI JANTUNG
Tujuan perkusi jantung
Dengan perkusi jantung, akan diketahui :
- Batas atas paru
perkusi pada fosa supra
clavicularis kedua sisi à suara
resonan.
3.
Batas bawah paru kiri / kanan
suara resonan terdengar sampai ICS 5, & setelah itu redup karena adanya
hepar.Batas paru dan lambung diket,dengan perkusi pada dada kiri, dimana akan
ada perubahan suara dari resonan ketimpani pada garis axilaris anterior pada
ics 7.
3. Batas paru
dinding pada dada posterior
- Batas atas : pada daerah supra
scapular seluas 3-4 jari di pundak
Prosedur Pelaksanaan
Perkusi
- Buka area dan beri tahu klien.
- Lakukan perkusi dari lateral kiri ke medial untuk mengetahui batas kiri jantung.
- Lakukan perkusi dari sisi kanan ke kiri untuk mengetahui batas kanan jantung.
- Lakukan perkusi dari atas kebawah untuk menentukan batas atas jantung.
- Suara redup menunjukan jantung dibawah area yang diperkusi
Tujuan auskultasi jantung
Mendeteksi bunyi jantung
normal, bunyi jantung ekstra dan mur-mur
Auskultasi
- Anjurkan klien bernapas secara normal dan kemudian tahan napas saat ekspirasi
- Dengarkan suara jatung 1/S1 sambil palpasi nada karotis, perhatikan adanya splitting S1 ( bunyi S1 ganda yang terjadi dalam waktu yang sangat berhimpitan)
- Pada awal sistole dengarkan secara seksama untuk mengetahui adanya bunyi tambahan atau mur-mur S1
- Pada periode diastole dengarkan secara saksama untuk mengetahui adanya bunyi tambahan atau murmur
- Anjurkan klien bernapas normal, dengarkan S2 secara saksama untuk mengetahui adanya splitting S2 saat inspirasi
- Periksakan frekuensi jantung, yaitu setelah kedua bunyi terdengar jelas seperti “lub dup”, hitunglah setiap kombinasi S1 dan S2 sebagai 1 denyut jantung. Hitunglah banyaknya denyut selama 1 menit.
S3 atau
galop ventrikuler terjadi tepat setelah S2 diakhiri diastole ventrikuler.
- kombinasi S1, S2, S3 berbunyi ken-tuck-ky.
- S4 atau gallop atrial terjadi tepat sebelum S1 atau systole ventrikuler. Bunyi S4 sampai dengan bunyi “Tennessee”
Auskultasi
|
Normal
|
Bunyi Jantung
|
BUNYI JANTUNG
III (S3)
|
Tempat mendengar
|
Bunyi Jantung untuk 4 katup :
o
Katup aorta : di ICS 2 linea sternalis
kanan, disimak S2 – Aorta
o
Katup pulmonalis : di ICS 2
linea sternalis kiri, disimak S2 – Pulmonalis
o
Katup trikuspidalis : di ICS
4 linea sternalis kiri, disimak BJ I – T
o
Katup mitral : di ICS 5 linea
medio clavikularis kiri, disimak S1 - Mitral
o
Pada orang dewasa/tua yang
disertai gejala payah jantung : oedema, dyspnea, S3 merupakan tanda yang cukup
khas
o
S3 pada dekomp cordis disebut
irama pacu kuda
o
Irama pacu kuda timbul akibat
derasnya pengisian diastole dari atrium kiri ke ventrikel kiri yang sudah
membesar, darah jatuh ke ruang yg lebar kemudian timbul getaran
BUNYI JANTUNG IV (S4)
|
Fase sistole dan diastole
|
|
Auskultasi jantung
|
Kelainan
|
Bising jantung/mur-mur
|
·
Adalah
vibrasi / getaran yang terjadi di dalam jantung atau pembuluh darah besar
yang diakibatkan oleh bertambahnya arus turbulensi darah.
·
Arus darah normal adalh
stream line.
·
Pada saat terdeteksi adanya
murmur, perawat mengauskultasi area katup mitral, trikuspid, dan pulmonal
untuk mengetahui tempatnya pada siklus jantung (waktu), tempat dimana bunyi
dapat didengar paling baik (lokasi), radiasi, kekerasan, nada dan kualitas.
·
Jika murmur terjadi antara S1
dan S2, maka murmur tersebut adalah murmur sistolik. Jika murmur terjadi
antara S2 dan S1 berikutnya, maka murmur tersebut adalah murmur diastolic.
·
Lokasi
murmur tidak selalu diatas katup. Melalui pengalaman,
perawat dapat mempelajari dimana setiap jenis murmur paling baik dibagian
apeks jantung.
·
Untuk mengkaji radiasi
perawar mendengarkan adanya murmur di atas area selain di tempat murmur
tersebut paling baik terdengar. Murmur terkadang dapat didengar di leher atau
punggung.
·
Intensitas berkaitan dengan
kecepatan darah yang mengalir melewati jantung dan jumlah darah yang
mengalami regurgitasi.Pada murmur serius perawat dapat merasakan adanya
dorongan atau sensasi intermiten Yng dapat dipalpasi didaerah
auskultasi.Getaran adalah sensasi kontinu yang dapat dipalpasi seperti
dengkuran kucing. Intensitas dicatat dengan penilaian sebagai berikut :
·
Nilai 1 = sangat sulit
didengar
·
Nilai 2 = dapat didengar
dengan cepat tetapi redup
·
Nilai
3 = kerasa, tanpa dorongan atau getaran
·
Nilai
4 = keras, dengan dorongan atau getaran
·
Nilai
5 = sangat keras dengan dorongan atau getaran; dapat didengar dengan
stetoskop yang hanya ditempelkan sebagian
·
Nilai
6 = lebh keras, dapat didengar tanpa stetoskop
·
Murmur
dapat berupa nada rendah, sedang, atau tinggi, bergantung pada kecepatan
darah yang mengalir melewati katup.Murmur bernada rendah paling baik dengar
dengan belstitoskop. Jika murmur tersebut paling baik didengar dengan
diafragma, maka murmur tersebut bernada tinggi
|
Bila darah melewati celah sempit, terjadilah
arus turbulensiBila didengar mur mur harus dideskripsi :
Tempatnya :
Terjadinya pada
Derajatnya / grade
Tinggi rendahnya nada
.Kualitasnya
Bunyi jantung
|
·
( M, T, A, P ) dan
penjalarannya/ atau tidak menjalar
·
Pase sistolik atau diastolik,
atau continues mur mur
·
Merupakan gambaran
sempit/tidaknya celah yang dilalui darah. Makin sempit nada makin tinggi.
·
Cresindo : Makin keras terdengar
·
Decresendo : Makin melemah
·
Musikal : cresindo – dekresindo
·
Jika S1&S2 intervalnya
tidak teratur disebut disritmia.
|
2.3 PEMERIKSAAN PAYUDARA
DAN KETIAK
Tujuan
- Mengetahui adanya massa atau adanya ketidak teraturan dalam jaringan payudara
- Mendeteksi awalnya kanker payudara
Persiapan alat
Sarung tangan sekali
pakai ( jika terdapat lesi )
INSPEKSI PAYUDARA DAN KETIAK
Tujuan inspeksi payudara & ketiak
Untuk mengetahui/mengenali adanya abnormalitas.
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi
- Atur posisi klien duduk menghadap kedepan, telanjang dada dengan kedua len ngan rileks disisi tubuh
- Lakukan observasi sesuai garis imajiner yang membagi payudara menjadi 4 kuadran dan sebuah ekor
- Inspeksi ukuran, bentuk, dan kesimetrisannya
- Inspeksi warna kulit, lesi, edema, pembengkakan, massa, pendataran, lesung, dll
- Inspeksi puting dan areola terhadap ukuran, warna dan bentuk, arah titik puting, serta keluaran
- Inspeksi adanya retraksi dengan meminta klien melakukan 3 posisi :
- Mengangkat lengan keatas
- Menekankan tangan ke pinggang
- Mengekstensikan tangan lurus kedepan saat duduk
- Inspeksi ketiak dan klavikula untuk mengetahui adanya kemerahan, pembengkakan, inveksi, pigmentasi
Teknik Pemeriksaan
|
Kemungkinan temuan
|
Inspeksi payudara dalam 4 posisi
Ukuran dan simetri
Kontur
Penampilan kulit
|
Perkembangan, asimetri
Pendataran
Edema (Peu d’ orange) dijumpai pada kanker pada
kanker payudara
|
Inspeksi puting
Bandingkan ukuran untuk, dan arah putting
Perhatikan setiap ruam, ulkus, atau rabas puting
|
Infersi, retraksi, deviasi
Penyakit paget pada putting, galaktorea
|
PALPASI PAYUDARA
Tujuan Palpasi payudara & ketiak
Memudahkan perawat menentukan kondisi jaringan
payudara dan nodus limfe.
Prosedur pelaksanaan
Palpasi
- Lakukan palpasi disekeliling puting susu untuk mengetahui adanya keluaran
- Palpasi daerah klavikula dan ketiak terutama pada area limfe nodi
- Palpasi setiap payudara, untuk payudara yang berukuran besar terlebih dahulu palpasi dengan cara menekan telapak tangan/3 jari tengah ke permukaan payudara pada kuadran samping atas. Lakukan palpasi dengan gerakan memutar terhadap dinding dada dari tepi menuju areola dan memutar searah jarum jam
- Palpasi payudara sebelahnya
- Catat hasil pemeriksaan
Massa payudara yang dapat di palpasi
Usia
|
Lesi yang lazim ditemukan
|
karakteristik
|
15-25
|
Fibroadenoma
|
Biasanya lunak, bulat, dapat digerakkan tidak
ada nyeri tekan
|
25-50
|
Kista
Perubahan Fibrokistik kanker
|
Biasanya lunak sampai keras, bulat dapat
digerakkan sering nyeri tekan.
Nodular, seperti jalinan tali tidak teratur
berbentuk stelata, keras, batasan tidak jelas dengan jaringan sekitar
|
50 atau lebih
|
Kanker sampai terbukti sebaliknya
|
Seperti di atas
|
Wanita hamil laktasi
|
Adenoma pada masa laktasi, kista, mastitis, dan
kanker
|
Seperti di atas
|
Catatan Hasil normal pemeriksaan payudara
·
Payudara
umumnya melekat dari iga ketiga sampai iga keempat, dengan puting setinggi celah interkostal keempat. Salah satu
payudara mungkin lebih kecil daripada payudara satunya.
·
Payudara
bervariasi dari bentuknya, mulai dari cembung, menggantung atau bentuk kerucut.
·
Payudara
berwarna seperti warna kulit disekitarnya, dan pola vena secara bilateral
serupa.
·
Aerola
normal berbentuk bundar atau oval dan secara bilateral hampir sebanding. Warna
aerola berkisar mulai dari merah muda sampai coklat. Pada wanita berkulit
terang aerola berubah menjadi coklat selama kehamilan dan tetap gelap. Pada
wanita berkulita gelap aerola berwarna coklat sebelum kehamilan.
·
Puting sedikit tidak simetris
adalah biasa. Kebanyakan mencuat keluar payudara.
·
Putting berwarna sama dengan
aerola.
·
Normalnya tidak terjadi
pengeluaran, pengeluaran berwarna kuning jernih setelah 2 hari kelahiran anak
umum terjadi.
·
Kulit halus dan kering.
·
Pubertas : Kuncup payudara
timbul, putting berwarna lebih gelap, diameter aerola bertambah dan salah satu
payudara mungkin tumbuh lebih cepat.
·
Dewasa muda : payudara mencapai
ukuran normal, bentuk biasanya simetris, dan salah satu payudara mungkin
berukuran besar.
·
Kehamilan : Payudara membesar 2
atau 3 kali ukuran normalnya, putting membesar dan bias jadi ereksi, aerola
menjadi lebih gelap, vena supervisial payudara mmungkin menonjol, dan cairan
kekuningan (kolostrum) mmungkin keluar dari puting .
·
Monopause
: payudara mengerut dan jaringannya menjadi lebih lunak dan terkadang menjadi
kendur.
·
Usia lanjut : Penyakit kista
kronik menurun setelah monopause. Jaringan lemak bertambah, jaringan glandular
atrpopi, ligament penyokong rilek, dan payudara tampak memanjang atau
menggantung, putting mengecil.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan dada (Thorax) adalah untuk mendapatkan kesan
dari bentuk dan fungsi dari
dada dan organ di dalamnya. Pemeriksaan dilaksanakan dengan Inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi. Pemeriksaan thorax meliputi : pemeriksaan paru, jantung,
payudara & ketiak, abdomen.
3.2 Saran
Dengan penyusunan makalah ini
diharapkan mahasiswa-mahasiswi dapat melekukan praktek pemeriksaan fisik sesuai
prosedur yang sudah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Syaifudin,Drs.H.(2006).Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta.
Kusyati,
Eni.dkk.(2006). Keterampilan dan Prosedur
Laboratorium.Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Bicklei S,
Lynn. (2008).Pemeriksaan fisik &
riwayat kesehatan Bates. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Niluh Gede
Yasmin Asih, S.kep dan Christantie Effeendy, S.kep (2006). Keperawatan Medikal Bedah Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
makasih^^ makalahnya bagus,,bisa buat belajar nih,,hhe :D
BalasHapus